AKHIR PEKAN DI PANTAI CENGKRONG

Tidak seperti yang sudah-sudah, akhir pekan ini serasa begitu berbeda. Maklum, biasanya saya menghabiskan akhir pekan hanya ke rumah kakek atau pergi ke rumah istri saya. Namun akhir pekan kali ini tidak saya lewatkan begitu saja. Ada satu atau dua aktivitas telah saya lalui, yang tentunya tetap ditemani oleh istri tercinta.

Ya, seharian penuh saya bersama istri saya menikmati indahnya pesisir selatan pulau Jawa, tepatnya di pantai Cengkrong. Pantai Cengkrong terletak di sebelah barat pantai Prigi dan timurnya pantai Damas, masih berada di wilayah kecamatan Watulimo. Namun sepertinya pantai tersebut belum begitu banyak dikenal orang, atau mungkin juga tidak begitu diminati para penikmat wisata pantai. Sepertinya pamor pantai Cengkrong masih kalah dibandingkan dengan pantai Prigi atau pantai Karanggongso, bahkan pantai Damas sekalipun. Padahal dibandingkan dengan pantai Damas, lokasi pantai Cengkrong yang berada di tepi Jalur Lintas Selatan sangat lebih mudah dituju. Atau dibandingkan dengan pantai Prigi, pantai Cengkrong lebih bersih dan sejuk dengan banyak pohon kelapa dan warunya. Pun dengan pantai Karanggongso yang lebih dikenal dengan sebutan Pasput (pasir putih), pantai Cengkrong lebih luas, selain tiketnya yang lebih murah. Informasi yang saya terima, tiket masuk Pasir Putih sebesar Rp 7000,00 per orang. Sedangkan untuk masuk pantai Cengkrong cukup merogoh kocek Rp 2000,00 per orang.

Mungkin, yang membuat Cengkrong tidak ramai pengujung adalah belum ditetapkannya pantai tersebut menjadi objek wisata oleh pemerintah daerah. Sementara pantai Prigi dan Pasir Putih telah lama dijadikan objek wisata, bahkan objek wisata andalan. Sedangkan pantai Damas juga belum lama berselang. Namun kabarnya, pantai Cengkrong akhir-akhir ini juga direncanakan akan dijadikan sebagai objek wisata oleh pemerintah daerah. Barangkali, rencana ini merupakan perpanjangan kawasan minapolitan atau mungkin juga karena pantai Damas yang kurang menjual sehingga pemerintah merasa perlu menjadikan Cengkrong sebagai objek wisata alternatif, namun saya tidak dapat memastikan. Yang jelas, dari survey yang kebetulan saya lakukan di 3 pantai tersebut sekitar 3 bulan yang lalu, pengelolaan pantai lagi-lagi menjadi permasalahan yang segera diperlukan pemecahannya, selain kesadaran masyarakat akan pentingnya wisata pantai.

Hal lain yang menyebabkan Cengkrong tidak begitu ramai pengunjung, dari apa yang saya amati seharian kemarin, adalah airnya yang memang agak lebih keruh, apalagi jika dibandingkan dengan Pasir Putih. Kedalaman pantai yang tidak seberapa membuat air sangat mudah tercampur pasir dan kelihatan keruh, kurang nyaman dilihat, apalagi bagi yang hobi mandi di pantai. Tidak demikian halnya dengan pantai Prigi, atau Pasir Putih yang sangat bening dengan terumbu karangnya yang indah.

Nyatanya, seharian kemarin saya bersama istri saya menghabiskan akhir pekan di pantai Cengkrong. Tidak hanya duduk-duduk sambil menikmati sejuknya suasana, kami berdua bahkan menyempatkan diri untuk mandi dan bermain-main dengan ombak di pantai tersebut. Awalnya saya hanya ingin duduk santai untuk memandangi indahnya panorama Cengkrong. Namun istri saya yang terus menerus mengajak mandi di pantai membuat saya tidak kuasa mengelak. Hingga saya dan istri saya terpaksa pulang dengan pakaian yang basah kuyup.

Berakhir pekan di pantai Cengkrong merupakan pengalaman pertama buat saya, yang sebelumnya hanya pantai Prigi atau Pasir Putih sebagai tujuan. Makanya tidak aneh apabila ada beberapa kesan tersendiri dalam wisata saya ke pantai ini kemarin. Meskipun belum begitu terkenal seperti pantai-pantai di sekitarnya, namun sepertinya saya akan mengulangi pengalaman saya berakhir pekan di pantai tersebut.


Komentar