SENGKUNI vs SENGKUNO
Seperti biasanya, obrolan santai antara Sengkuno dan Sengkuni sore hari itu menjurus pada ‘udur-uduran’ yang katanya sebagai diskusi. Entah bagaimana awalnya namun lagi-lagi udur-uduran dan eker-ekeran. Begitu tiba di sebuah mushala, langsung Sengkuno mengeluarkan laptop yang selalu setia menemaninya kemanapun ia pergi. Sengkuni yang dari tadi diam sambil nguthek-nguthek hand phonenya, hingga akhirnya ia ngomong ke Sengkuno, “Hrihun man? Apa keluhan Bapak? Apa kepentingan Bapak hari ini?” Pertanyaan keakraban mereka sehari-hari. “Sik sik, mbok yo jangan terus ngmong kepentingan terus. . . .eneg aku.” Dengan ogah-ogahan akhirnya Sengkuno menimpali. "Tapi kan setiap tindakan tu pasti ada kepentingan bro, karena kalau ndk ada kepentingan, kita ndk bakalan bertindak. Pasti ada motif. . . .tendensi." sanggah Sengkuni. "Iya (dengan mimik serius). . .setiap tindakan tu tak bisa lepas dari kepentingan, motif, atau tendensi. Namun kata-kata kepentingan tu mbok yo ndk usa...