AKU
Apakah makna sebenarnya dari AKU? Seberapa pentingnya hakikat "aku" pada setiap manusia? Sampai-sampai seorang filsuf kondang dari Barat sangat girang ketika mendengar balita kecilnya mengucapkan kata AKU untuk pertama kali.
Mungkin (aku yakin), orang tidak akan bisa mengatakan AKU secara hakiki dan dengan kesadaran yang penuh jikalau orang tersebut masih ada sebersitpun hal diluar "aku". Karena kata AKU mempunyai makna yang begitu dalam, yang mana tidak setiap orang dan pada suatu waktu bisa menyadari makna AKU tersebut.
Banyak kita mendengar orang, siapapun, mengatakan kata "aku". Aku akan pergi ke kota besok. Atau, "Aku benar-benar marah hari ini." Padahal, identifikasi dari makna "aku" tersebut masih 'rancu'. Ketika kita emosi, dapat aku katakan bahwa "aku" tersebut adalah nafsu amarahnya. Atau ketika sedang melamun, atau berangan-angan, "aku" bisa merujuk pada sukma yang melayang-layang entah kemana terbangnya, mengiring angan-angan tersebut. Bisa saja si "aku" berputar-putar mengelilingi dunia, atau bahkan mengitari jagad raya, namun si pemilik (pengucap) "aku" tersebut tetap tak beranjak dari tempatnya, sejengkalpun, bahkan ingsut dari gubuk tengah sawah, tempat dia berangan-angan pun tidak.
AKU = DIA = KAMU = KITA ???
Siapakah "aku" sebenarnya?
Dari manakah "aku"?
Mau kemanakah "aku"?
Untuk apakah "aku"?
Kadang aku merasa menjadi orang yang tiada orang lain yang lebih hina, lebih tercela, lebih bejat dari aku.
Namun kadang aku juga merasa seperti seorang AKU, penguasa jagad raya.
Suatu misteri yang begitu dalam. Dan sampai kapanpun aku tidak yakin bisa sadar akan ke-AKU-an tersebut, tanpa AKU yang di dalam aku.
AKU????
Hu..........
AKU lebih mengetahui daripada aku.
Mungkin (aku yakin), orang tidak akan bisa mengatakan AKU secara hakiki dan dengan kesadaran yang penuh jikalau orang tersebut masih ada sebersitpun hal diluar "aku". Karena kata AKU mempunyai makna yang begitu dalam, yang mana tidak setiap orang dan pada suatu waktu bisa menyadari makna AKU tersebut.
Banyak kita mendengar orang, siapapun, mengatakan kata "aku". Aku akan pergi ke kota besok. Atau, "Aku benar-benar marah hari ini." Padahal, identifikasi dari makna "aku" tersebut masih 'rancu'. Ketika kita emosi, dapat aku katakan bahwa "aku" tersebut adalah nafsu amarahnya. Atau ketika sedang melamun, atau berangan-angan, "aku" bisa merujuk pada sukma yang melayang-layang entah kemana terbangnya, mengiring angan-angan tersebut. Bisa saja si "aku" berputar-putar mengelilingi dunia, atau bahkan mengitari jagad raya, namun si pemilik (pengucap) "aku" tersebut tetap tak beranjak dari tempatnya, sejengkalpun, bahkan ingsut dari gubuk tengah sawah, tempat dia berangan-angan pun tidak.
AKU = DIA = KAMU = KITA ???
Siapakah "aku" sebenarnya?
Dari manakah "aku"?
Mau kemanakah "aku"?
Untuk apakah "aku"?
Kadang aku merasa menjadi orang yang tiada orang lain yang lebih hina, lebih tercela, lebih bejat dari aku.
Namun kadang aku juga merasa seperti seorang AKU, penguasa jagad raya.
Suatu misteri yang begitu dalam. Dan sampai kapanpun aku tidak yakin bisa sadar akan ke-AKU-an tersebut, tanpa AKU yang di dalam aku.
AKU????
Hu..........
AKU lebih mengetahui daripada aku.
Komentar
Posting Komentar